6 Faktor Penyebab Runtuhnya Uni Soviet Menjadi Rusia Sekarang

Penyebab runtuhnya Uni Soviet terjadi karena beberapa sebab dan faktor. Meskipun Uni Soviet termasuk negara adikuasa yang memenangkan Perang Dunia II, namun kekuatannya hanya bertahan tak lebih dari 100 tahun. Padahal saat itu Uni Soviet juga menjadi pusat aliansi negara komunis Blok Timur.

Bersama dengan Amerika Serikat, Uni Soviet merupakan negara adikuasa yang besar dan membawahi banyak negara kecil. Namun karena adanya faktor internal dan eksternal, kekuasaan Soviet tak bertahan lama. Uni Soviet akhirnya runtuh setelah kurang lebih 69 tahun menjadi sebuah negara besar.

Penyebab Runtuhnya Uni Soviet

Runtuhnya Uni Soviet sebagai negara aliansi komunis tak terjadi dalam semalam. Berbagai faktor sosial, ekonomi, dan keamanan menjadi penyebab mengapa Soviet bisa runtuh, beberapa diantaranya adalah:

1. Faktor Politik Mikhail Gorbachev

Faktor-Politik-Mikhail-Gorbachev

Berdiri sebagai negara komunis, politik memiliki peran yang penting dalam Uni Soviet. Namun politik juga menjadi senjata makan tuan karena membuat negara ini menjadi lemah. Ini terlihat dengan naiknya Mikhail Gorbachev sebagai sekertaris jenderal Partai Komunis di Uni Soviet.

Selama menjabat, Gorbachev membuat dua kebijakan yang nantinya malah melemahkan Soviet, yakni glasnost dan perestroika. Glasnost bermakna keterbukaan, sehingga bisa mendorong dialog antara negara dengan masyarakat.

Sedangkan perestroika digunakan untuk memperkenalkan kebijakan pasar bebas, namun berjalan dengan semu karena semua industry di jalankan oleh pemerintah. Kedua kebijakan tersebut dibuat dengan maksud untuk menghidupkan kembali ekonomi Soviet.

Tujuan tersebut ternyata tak terjadi, sebab glasnost memicu kritik oleh masyarakat dan pers terhadap seluruh aparat Soviet. Sedangkan perestroika secara gamblang menunjukkan sistem kapitalis yang penuh dengan borok, sebab pejabatnya sering melawan kebijakan yang mereka buat sendiri.

2. Insiden Nuklir Chernobyl

Insiden Nuklir Chernobyl

Penyebab runtuhnya Uni Soviet tak lepas dari adanya insiden Chernobyl, yaitu ledakan pembangkit listrik Chernobyl yang menyebabkan kerugian besar. Ada 4 reaktor nuklir yang meledak, membuat insiden tersebut melepaskan 400 kali jumlah radioaktif seperti bom atom yang jatuh di Hiroshima.

Tindakan pemerintah saat itu dianggap kurang tepat karena menutupi insiden Chernobyl, sebab bertentangan dengan kebijakan glasnost yang Gorbachev lakukan. Pemerintah bahkan menganggap kejadian tersebut sebagai hal kecil dan tetap meminta masyarakat beraktifitas seperti biasa.

Barat yang mendengar kejadian tersebut memberikan informasi bahwa wilayah Chernobyl kemungkinan punya radiasi radioaktif yang tinggi. Namun pemerintah menyangkal berita tersebut dan mengatakan bahwa Barat hendak menjatuhkan Soviet.

Rahasia mengenai Chernobyl terkuak ketika masyarakat yang tinggal di dekatnya mengaku mengalami keracunan radiasi dan kontaminasi efek fisik. Insiden Chernobyl merupakan pukulan besar bagi Soviet, bahkan Gorbachev pernah mengatakan bahwa insiden ini menjadi penyebab runtuhnya Soviet.

3. Ekonomi yang Tidak Stabil

Sejarah runtuhnya Uni Soviet juga tak lepas dari ekonomi yang berjalan seara timpang. Meski menjadi negara besar di dekade 1990-an, namun kemiskinan menjadi masalah utama yang tidak teratasi. Di tahun tersebut, barang-barang konsumsi tak pernah cukup.

Sedang penimbunan terus dilakukan oknmu tertentu, membuat masyarakat mulai kehilangan kepercayaan dengan pejabat negara. Keadaan tersebut diperburuk dengan adanya kebijakan perestroika yang membuat masalah ekonomi malah semakin tak teratasi.

Soviet memang memberikan kenaikan untuk upah buruh setiap tahunnya, namun kebijakan tersebut dibarengi dengan pencetakan uang dengan jumlah besar. Karena dilakukan secara terus menerus, inflasi pun terjadi dan harga-harga makanan pokok melambung tinggi.

Apalagi saat itu barang-barang dalam jumlah yang terbatas namun uang yang beredar di masyarakat begitu besar. Kebijakan fiscal yang tidak tepat ini membuat Soviet rentan dengan masalah kemiskinan. Disaat yang bersamaan harga minyak dunia menurun, yang membuat pemasukan negara berkurang.

4. Biaya Penguatan Militer yang Terlalu Besar

Runtuhnya Uni Soviet juga disebabkan oleh biaya penguatan militer yang tak terkontrol. Soviet cenderung meningkatkan kekuatan militernya sebagai bentuk persaingan dengan Amerika Serikat, apalagi saat Ronald Reagan menjadi presiden.

Peningkatan di bidang militer ini membutuhkan biaya dan dana yang besar, namun kebijakan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah tak bisa menopangnya. Dana yang harusnya digunakan untuk meningkatkan ekonomi malah dialihkan untuk membeli peralatan militer.

Gorbachev saat itu juga menarik ahli teknologi dan calon wirausahawan untuk memperkuat industry pertahanan, alih-alih memanfaatnya untuk memperbaiki kondisi ekonomi. Aktifitas penguatan militer tersebut berlangsung secara terus menerus dan menghabiskan cadangan uang Soviet.

Karena tak mendapatkan perbaikan yang signifikan dalam bidang ekonomi, ekonomi Soviet pun berjalan dengan stagnan. Masalah kemiskinan dan inflasi yang sebelumnya terjadi juga tak mendapatkan penanganan yang baik dari pemerintah, membuat kondisi Soviet semakin buruk.

5. Konflik dengan Afghanistan

Penyebab lain yang menyebabkan runtuhnya Uni Soviet adalah adanya konflik dengan Afghanistan. Keterlibatan Soviet dalam perang melawan Afghanistan menjadi faktor kunci mengapa akhirnya Soviet runtuh selain faktor yang telah di singgung sebelumnya.

Sebelum mengibarkan bendera perang, Soviet sebenarnya memiliki hubungan yang baik dengan Afghanistan. Perang tersebut mulai membesar karena bukan Afghanistan saja korbannya, melainkan juga Praha dan Hongaria dengan insiden Revolusi Hongaria dan Spring Praha.

Konflik dengan Afghanistan membunuh ribuan jiwa, di pihak Soviet saja ada sekitar 1 juta tentara yang terbunuh, dengan 15 ribu orang yang tewas dan ribuan lainnya luka-luka. Sedangkan di pihak Afghanistan, sekitar 1 juta orang tewas dan 4 juta lainnya harus mengungsi karena konflik tersebut.

Kekuatan Soviet mulai melemah ketika Afghanistan mendapat dukungan dari banyak pihak, terutama negara Asia Tengah. Gerakan separatis yang dilakukan oleh negara Baltik juga membuat Soviet kehilangan kekuatan. Negara yang memilih berpisah dengan Soviet adalah Latvia, Lithunia dan Estonia.

6. Masuknya Paham Barat ke Soviet

Tak hanya perang nuklir, Soviet dan Amerika sebenarnya juga berperang secara ideologis. Masuknya paham Barat ke Soviet juga menjadi pemicu mengapa negara ini bisa mengalami keruntuhan. Keadaan tersebut di perparah dengan adanya glasnost, kebijakan vital yang Mikhail terapkan.

Dengan adanya glasnost, paham Barat secara perlahan masuk ke Soviet. Tidak hanya ideologi saja, tapi juga konsep, gagasan, ide dan juga berbagai produk yang berasal dari Barat, terutama Amerika. Di tahun 1990 saja, banyak warga Soviet yang mulai rajin membaca koran liberal.

Di dalam koran juga dibahas mengenai konsep demokrasi, yang tentunya membuat banyak warga Soviet mulai tertarik. Menguatnya kepercayaan masyarakat dengan Barat membuat kredibilitas Soviet akhirnya menurun. Lambat laun, berbagai gerakan reformasi muncul untuk meruntuhkan negara ini.

Masuknya produk-produk Amerika juga membuat masyarakat makin terpapar dengan paham Barat. Terbukanya pintu untuk melihat bagaimana negara lain hidup membuat masyarakat Soviet sadar bahwa pemerintah Soviet bukan sebuah negara yang ideal.

Penyebab dan faktor runtuhnya Uni Soviet memang kompleks dan beragam. Tak hanya faktor internal saja yang membuat Soviet akhirnya hancur, faktor eksternal juga turut membantu hingga akhirnya negara ini runtuh dan kehilangan kekuasannya, membuat Amerika menjadi satu-satunya negara adidaya.

Baca Juga: