6 Faktor Penyebab Konflik Sosial dan Cara Mengatasinya

Konflik merupakan fenomena yang sering terjadi di tengah kehidupan sosial masyarakat. Apabila tidak segera ditangani, konflik dapat memicu terjadinya perpecahan. Ada beberapa faktor penyebab konflik sosial dalam ilmu sosiologi.

Faktor-faktor ini memiliki dampak yang besar bagi kelangsungan kehidupan sosial. Secara umum, konflik terjadi akibat adanya perbedaan antara anggota kelompok. Maka dari itu konflik harus diatasi agar tidak muncul permasalahan yang lebih kompleks.

Faktor Penyebab Konflik Sosial dalam Hidup Bermasyarakat

Faktor-Penyebab-Konflik-Sosial-dalam-Hidup-Bermasyarakat

Pada dasarnya konflik yang terjadi di tengah kehidupan masyarakat merupakan hal wajar. Alasannya karena setiap anggota masyarakat memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Tetapi konflik bisa menjadi lebih parah apabila disebabkan oleh faktor-faktor berikut ini.

1. Perbedaan Antarindividu

Setiap individu memiliki karakter dan sudut pandang yang berbeda-beda dalam melihat suatu fenomena sosial. Adanya perbedaan tersebut menjadi salah satu faktor penyebab konflik sosial yang paling umum.

Konflik ini muncul karena terdapat perbedaan pandangan dan pendapat. Seorang individu bisa memiliki pemikiran tertentu pada suatu fenomena sosial karena dipengaruhi oleh latar belakangnya. Sehingga perbedaan yang terlalu jauh akan memicu munculnya permasalahan.

Kondisi tersebut akan semakin parah jika ada salah satu pihak atau semua pihak yang saling memaksakan pendapat. Walaupun terkesan kecil, namun konflik sosial yang ditimbulkan akibat perbedaan antarindividu bisa berdampak parah.

2. Perbedaan Kepentingan

Ketika menjalani hubungan sosial, setiap individu dan kelompok mempunyai kepentingannya masing-masing. Sayangnya pada beberapa kondisi, perbedaan kepentingan ini sulit untuk ditoleransi oleh pihak-pihak yang sedang berselisih.

Terutama jika kepentingan yang dimiliki terlalu kuat dan melibatkan kelompok mayoritas dalam masyarakat. Maka biasanya kelompok minoritas cenderung tersingkir dan tidak mampu memperjuangkan kepentingannya.

Perbedaan kepentingan yang tidak dapat dikontrol akan menjadi faktor penyebab konflik sosial dalam masyarakat. Lantaran dalam perbedaan ini, pihak-pihak yang berdebat akan memicu terjadinya pertentangan, pertengkaran, hingga keributan.

3. Perbedaan Etnis

Indonesia merupakan negara multikultural yang kaya akan keberagaman budaya. Salah satunya adalah banyaknya etnis yang tersebar di seluruh wilayah. Para individu dari berbagai etnis ini seringkali melakukan perjalanan untuk menjadi perantau di kota-kota besar.

Setelah berkumpul menjadi satu di suatu daerah, perbedaan etnis dapat menjadi pemicu terjadinya konflik sosial. Hal tersebut dikarenakan setiap etnis memiliki nilai dan norma yang berbeda-beda, sehingga mudah untuk saling berselisih.

Akhirnya perbedaan etnis akan memunculkan rasa benci dan mendorong munculnya perseteruan. Bahkan jika tidak diatasi bisa terjadi tindakan agresif yang membahayakan masyarakat. Cara terbaik untuk mengatasi perbedaan tersebut adalah rasa toleransi dan saling menghargai.

4. Perbedaan Ras

Faktor penyebab konflik sosial berikutnya adalah perbedaan ras. Di dunia ada beberapa ras yang tinggal di berbagai negara secara menyebar. Ras sendiri identic dengan ciri fisik yang membedakan penduduk suatu daerah dengan daerah lainnya.

Kita bisa melihat perbedaan ras ini ketika berkunjung ke luar negeri dan bertemu dengan penduduk asli. Misalnya saat berlibur ke Eropa, penduduk Ras Cucasaois di sana memiliki ciri fisik tubuh yang besar, kulit putih, dan hidung mancung.

Berbeda dengan Ras Mongoloid yang tubuhnya lebih pendek dan matanya cenderung sipit seperti orang Asia. Walaupun hanya dibedakan berdasarkan ciri fisik saja, namun perbedaan ini ternyata juga bisa memicu konflik sosial jika memiliki kepentingan masing-masing yang tidak sejalan.

5. Perbedaan Latar Belakang dan Budaya

Masyarakat Indonesia termasuk ke dalam golongan multikultural yang memiliki banyak sekali perbedaan. Salah satu yang paling mendasar adalah perbedaan latar belakang dan budaya. Kedua hal tersebut saling berkaitan dan akan memengaruhi karakter seorang individu.

Ketika hidup di dalam masyarakat, setiap individu akan bertemu dengan individu lain yang berasal dari latar belakang berbeda. Misalnya seperti masyarakat di Jakarta yang berasal dari berbagai daerah karena dijadikan sebagai pusat perantauan.

Sehingga masyarakat yang beragam ini biasanya memiliki cara bertutur kata dan bentuk tingkah laku yang tidak sama. Bahkan ada perilaku yang dianggap biasa di suatu daerah ternyata menjadi penghinaan di daerah lainnya.

Alhasil perberbedaan latar belakang dan budaya tersebut menyebabkan timbulnya kesalahpahaman. Meskipun tidak bermaksud untuk menghina, tetapi pihak lain sudah terlanjur merasa direndahkan. Kondisi tersebut kemudian berubah menjadi konflik sosial dalam kehidupan bermasyarakat.

6. Perbedaan Agama

Contoh faktor penyebab konflik sosial yang terakhir adalah adanya perbedaan agama. Di Indonesia sendiri terdapat lima agama yang diakui oleh pemerintah. Setiap agama ini memiliki ajaran, pedoman, aturan, serta larangan yang berbeda-beda.

Meskipun secara umum semua agama dianggap setara karena sama-sama mengajarkan kebaikan, namun di masyarakat tetap sering dijadikan pemicu konflik. Ada beberapa golongan yang merasa agamanya merupakan ajaran terbaik.

Pandangan radikal tersebut akhirnya menjadi sumbu untuk menyulut konflik sosial di tengah kehidupan masyarakat. Bahkan di Indonesia sendiri sempat terjadi beberapa peristiwa konflik yang awalnya dimulai karena menyinggung suatu agama tertentu.

Cara Mengatasi Konflik Sosial

Cara-Mengatasi-Konflik-Sosial

Perbedaan selalu menjadi faktor penyebab konflik sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Faktor-faktor tersebut sulit untuk dicegah karena bentuk masyarakat Indonesia yang beragam. Namun jika konflik sudah terlanjur terjadi, maka masih bisa diatasi dengan cara berikut:

1. Akomodasi

Akomodasi sering dianggap sebagai taktik perdamaian karena cara yang ditempuh cukup adil dan tidak merugikan banyak pihak. Penyelesaian konflik ini dilakukan dengan membuat kompetisi bayangan, dimana ada proses pemberian kesempatan bagi pihak lain tanpa harus memperjuangan tujuan sendiri.

2. Sharing

Sharing sering dilakukan untuk menyelesaikan konflik sosial dengan cara damai. Dalam penyelesaian ini terjadi komunikasi dan diskusi antarpihak yang berselisih untuk membagikan pengalamannya. Sehingga diharapkan kedua pihak memiliki pikiran yang moderat dan saling menghargai.

Umumnya dalam proses penyelesaian konflik melalui sharing, setiap pihak akan bergantian untuk menyampaikan permasalahannya masing-masing. Di akhir, pihak-pihak yang berselisih akan berupaya untuk mencari solusi bersama.

3. Kolaborasi

Kolaborasi menjadi salah satu jenis penyelesaian konflik yang dilakukan untuk memuaskan kedua belah pihak. Cara ini dilakukan menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang melibatkan integrasi dari setiap pihak terkait.

4. Kompetisi

Berbeda dengan jenis lainnya, kompetisi merupakan bentuk penyelesaian konflik yang sering disebut sebagai win-lose orientation. Prosesnya dilalui dengan pengorbanan salah satu pihak untuk membiarkan pihak lain menang.

Seperti namanya, dalam penyelesaian konflik melalui kompetisi, awalnya setiap pihak yang berselisih sama-sama memiliki kepentingan. Namun pada akhirnya ada salah satu yang harus menang dan kalah supaya konflik sosial bisa berakhir.

5. Menghindar

Menghindar merupakan upaya penyelesaian konflik yang dialkukan tanpa adanya komunikasi maupun interaksi antarpihak. Cara ini menyangkut dengan ketidakpedulian yang membuat kedua belah pihak memilih untuk menghindar dan menarik diri agar konflik tidak bertambah besar.

Setiap faktor penyebab konflik sosial memiliki dampak yang besar bagi kehidupan masyarakat. pada dasarnya konflik ini sangat sulit untuk dihindari karena masyarakat Indonesia terdiri dari banyak ras, etnis, suku, dan kebudayaan. Namun jika sudah terlanjur terjadi, konflik sosial masih bisa ditangani.

Baca Juga: