12 Upaya Penyelesaian Konflik Sosial Agar Tidak Ada Perpecahan

Konflik sosial merupakan permasalahan yang sulit untuk dihindari dalam kehidupan bermasyarakat. Bentuk masyarakat yang multikultural dengan pandangannya masing-masing, tentu akan memicu konflik. Jika sudah terlanjur terjadi, maka dibutuhkan upaya penyelesaian konflik yang tepat.

Munculnya konflik sosial umumnya terjadi karena adanya perbedaan pendapat, suku, ras, budaya, hingga ideologi. Sehingga perlu dilakukan upaya untuk menyelesaikan konflik agar tidak menimbulkan perpecahan antar anggota kelompok.

Bentuk-bentuk Upaya Penyelesaian Konflik

Bentuk-bentuk-Upaya-Penyelesaian-Konflik

Terjadinya konflik di tengah kehidupan sosial merupakan hal yang umum. Tetapi sebaiknya konflik tidak dibiarkan untuk mencegah disorganisasi dan disintegrasi dalam masyarakat. Berikut adalah beberapa bentuk upaya yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan konflik.

1. Kompromi

Kompromi merupakan salah satu bentuk upaya penyelesaian konflik yang paling sering digunakan. Upaya ini dilakukan karena adanya perbedaan pendapat yang harus diselesaikan dengan membuat kesepakatan baru.

Dalam kompromi dua pihak yang berselisih akan mengurangi tuntutannya agar bisa saling menguntungkan. Contohnya seperti pengurangan tuntutan dari seorang istri yang ingin mengajukan cerai kepada suaminya.

2. Toleransi

Toleransi adalah sifat saling menghargai perbedaan yang seharusnya dimiliki oleh setiap individu. Pasalnya sifat ini dapat meminimalisir terjadinya konflik dan mampu meningkatkan rasa solidaritas antar anggota masyarakat.

Bahkan toleransi menjadi salah satu alat untuk menciptakan persatuan dan kesatuan. Kelompok masyarakat yang tidak memiliki rasa toleransi cenderung suka membuat konflik karena merasa pandangan kelompok lain kurang penting.

3. Adjudikasi

Apabila konflik sosial yang terjadi sudah tidak bisa diselesaikan dengan berunding dan berdiskusi, maka adjudikasi menjadi pilihan terakhir. Upaya ini memungkinkan penyelesaian konflik melalui jalur hukum atau persidangan.

Kebanyakan konflik yang dibawa sampai ke meja hijau merupakan permasalahan besar dan membutuhkan bantuan hakim dalam mengambil keputusan. Oleh sebab itu, adjudikasi sering dijadikan jalan paling akhir yang ditempuh untuk menyelesaikan konflik.

4. Mediasi

Salah satu upaya penyelesaian konflik yang melibatkan orang ketiga adalah mediasi. Upaya ini membutuhkan bantuan dari pihak lain untuk memberikan nasihat dan saran yang sebaiknya dilakukan demi mencapai kesepakatan bersama.

Meskipun terdapat campur tangan pihak ketiga, namun keputusan terakhirnya tetap berada pada pihak yang berkonflik. Orang-orang yang dijadikan penasihat harus memiliki sifat netral dan tidak memihak satu pihak saja.

Semua nasihat dan saran yang diberikan sifatnya tidak mengikat, sehingga hanya dijadikan sudut pandang baru saja. Pihak yang terlibat konflik tetap harus membuat penyelesaian sendiri berdasarkan kebutuhan masing-masing.

5. Arbitrase

Mirip dengan mediasi, arbitrase juga merupakan upaya dalam penyelesaian konflik yang melibatkan pihak ketiga. Bedanya, dalam arbitrase pihak yang menjadi penengah memiliki hak untuk memberikan keputusan.

Namun pihak ketiga tetap harus bersifat netral agar bisa menilai dan memberikan keputusan yang adil. Sehingga kedua pihak yang berkonflik sama-sama mendapatkan keuntungan. Keputusan tersebut nantinya akan disertai dengan surat perjanjian yang ditandatangani.

6. Konsiliasi

Konsiliasi merupakan upaya penyelesaian konflik yang ditempuh dengan cara mempertemukan dua pihak yang berselisih untuk membuat kesepakatan bersama. Dalam sosiologi, kompromi sering diartikan sebagai upaya untuk membawa para pihak yang bertengkar dalam suatu perundingan.

Tujuan dilakukannya konsiliasi adalah untuk mendamaikan kedua belah pihak dan menciptakan kesepakatan demi mengakhiri konflik. Selain itu konsiliasi juga sering dijadikan upaya pertama untuk menyelesaikan konflik yang baru saja terjadi.

7. Konversi

Setiap konflik yang terjadi akan melibatkan minimal dua pihak dengan perbedaan pandangannya masing-masing. Biasanya dalam konflik sosial, ada pihak yang lebih kuat untuk mempertahankan posisi dan harga dirinya.

Sedangkan pihak yang lemah akan cenderung mengalah dan menerima. Konversi menjadi contoh upaya penyelesaian konflik yang dipilih ketika salah satu pihak bersedia untuk mundur dan menerima konsekuensi dari pihak lainnya.

Sayangnya konversi tidak bisa ditempuh apabila kedua pihak yang berselisih sama-sama memiliki pendirian kuat. Jika dipaksakan untuk mengalah, konversi justru akan memicu konflik dan keributan yang lebih besar lagi.

8. Koersi

Berbeda dengan upaya penyelesaian konflik lainnya, koersi merupakan langkah yang melibatkan ancaman, baik fisik maupun psikologis. Tujuannya supaya pihak lain mau mengalah dan bertindak sesuai dengan harapan.

Koersi biasanya dipilih ketika ada salah satu pihak yang keadaannya lebih lemah dan tidak memiliki kekuasaan. Alhasil, timbullah paksaan kepada pihak tersebut sebagai upaya terakhir untuk menyelesaikan konflik sosial.

Salah satu contoh koersi yang sering terjadi adalah penembakan gas air mata kepada massa. Penggunaan gas ini dipilih sebagai upaya untuk melemahkan massa yang terus melakukan keributan agar mau mundur dan menyerah.

9. Displacement

Sesuai namanya, displacement merupakan upaya untuk menyelesaikan konflik dengan cara mengalihkan perhatian pada objek lain. Pengalihan ini harus dilakukan secara bersama-sama supaya pihak yang berselisih tidak terfokus pada konflik.

Contoh displacement yang umumnya terjadi di masyarakat adalah terjadinya bencana alam di suatu daerah. Bencana tersebut mampu membuat masyarakat yang terdiri dari berbagai latar belakang untuk sama-sama bergotong royong dan membantu korban.

10. Segregasi

Segregasi biasanya dipilih sebagai upaya penyelesaian konflik sosial yang merujuk pada pemisahan kelompok. Pemisahan ini dapat terjadi karena adanya perbedaan etnis, suku, ras, agama, dan kebudayaan pada setiap anggota kelompok.

Kebanyakan fenomena segregasi dapat dilihat di kota-kota besar yang dipenuhi oleh para perantau. Biasanya perantau akan membuat kelompok sendiri di tempat kerja atau sekolah. Pembentukan kelompok tersebut didasari rasa solidaritas dari latar belakang yang sama.

Maka tak heran jika biasanya, di setiap kota besar terdapat perkumpulan hingga asrama khusus untuk orang-orang yang berasal dari suatu daerah. Tujuan dari segregasi ini untuk menurunkan risiko terjadinya konflik akibat adanya perbedaan kebudayaan.

11. Gencatan Senjata

Gencatan senjata atau yang lebih dikenal sebagai ceasefire merupakan upaya untuk mengatasi pertikaian demi mencapai kestabilan. Biasanya upaya ini dilakukan pada negara-negara yang sedang berperang sebagai cara untuk mengurangi korban jiwa.

Dalam gencatan senjata, pihak yang sedang berperang diwajibkan untuk menghentikan tindakan agresif masing-masing. Jika berhasil, upaya ini mampu membujuk kedua pihak supaya mau berdamai dan tidak memikirkan kepentingan pribadi.

12. Stalemate

Stalemate

Stalemate merupakan bentuk upaya untuk menyelesaikan permasalahan yang paling jarang terjadi. Masalahnya untuk memilih upaya stalemate, kedua pihak harus memiliki kekuatan yang seimbang sehingga konflik bisa berhenti pada keadaan tertentu.

Dikarenakan memiliki kekuatan dan kekuasaan yang sama besarnya, keduanya tidak lagi memiliki harapan untuk maju maupun mundur. Akhirnya perselisihan berhenti karena dianggap percuma jika terus dilanjutkan dan dikhawatirkan akan merugikan kedua belah pihak.

Supaya lebih jelas, upaya stalemate dapat dilihat pada peristiwa perang dingin yang melibatkan Amerika Serikat dan Uni Soviet. Kedua negara tersebut sama-sama membawa ideologi dan pengaruh yang sangat besar bagi negara-negara di sekitarnya.

Berbagai upaya penyelesaian konflik dilakukan supaya masyarakat dapat hidup dengan damai dan tentram. Meskipun di dalam masyarakat selalu ada perbedaan, namun konflik sosial dapat dicegah dengan menanamkan rasa solidaritas antaranggota.

Baca Juga: