Sejarah di Indonesia tak hanya berpusat pada kisah-kisah kerajaan beragama Hindu atau Budha. Kerajaan Islam juga menorehkan sejarahnya sendiri, bahkan memiliki perjalanan yang tak kalah menariknya. Salah satunya adalah runtuhnya kerajaan Mataram Islam yang dampaknya begitu besar.
Kerajaan Mataram Islam merupakan kerajaan besar yang ada di Pulau Jawa. Kerajaan ini berdiri sekitar abad ke-16 dengan ibu kota Kutagedhe yang ada di Yogyakarta. Peninggalan kerajaan ini bahkan masih bisa ditemukan hingga sekarang.
Sejarah Berdirinya Kerajaan Mataram Islam
Kerajaan Mataram Islam berdiri pada tahun 1582, awalnya kerajaan ini hanya berupa wilayah kadipaten yang ada di bawah pemerintahan Kerajaan Pajang. Ki Ageng Pemanahan, salah satu tokoh penting di kerajaan tersebut, berhasil menumpas kawanan bandit Aria Penangsang.
Karena jasa yang sudah dilakukannya, Ki Ageng Pemanahan kemudian mendapatkan imbalan, yakni area Hutan Mentaok, oleh Sultan Adiwijaya yang merupakan pemimpin Kerajaan Pajang. Setelah Ki Ageng Pemanahan wafat, anaknya, Sutawijaya, mengambil alih kawasan hutan tersebut.
Sutawijaya mengelola kawasan tersebut dengan baik dan perkembangannya cukup pesat. Ketika area Hutan Mentaok mulai ramai, Sutawijaya mengalihkan pusat pemerintahannya dari Banguntapan ke Kotagede.
Melihat Kerajaan Pajang yang juga berkembang, Sutawijaya memulai rencananya untuk menjadi raja. Sutawijaya memulainya dengan melakukan penyerangan ke Kerajaan Pajang dengan harapan menjadi raja yang menguasai seluruh Jawa.
Masa Kejayaan Mataram Islam
Kerajaan Mataram Islam berbeda dengan kerajaan Mataram Kuno yang sebelumnya juga pernah berkuasa di Jawa. Jika kerajaan Mataram Kuno memiliki agama yang beragam, maka kerajaan Mataram Islam hanya memiliki satu agama saja, yakni Islam.
Mataram Islam sering berganti kepemimpinan setelah Sutawijaya mangkat. Raja Kerajaan Mataram Islam yang terkenal dan membawa ke puncak kejayaan adaah Raden Mas Rangsang atau Sultan Agung. Sultan Agung memerintah kerajaan Mataram Islam dari tahun 1613 – 1645.
Pada masa tersebut, Kerajaan Mataram Islam berhasil menguasai banyak daerah kekuasaan, mulai dari wilayah Jawa hingga Madura. Beberapa pencapaian yang dimiliki oleh Sultan Agung selama memerintah antara lain:
1. Bidang Ekonomi
Selama memimpin Kerajaan Mataram Islam, Sultan Agung membawa wilayahnya dalam perkembangan ekonomi yang pesat. Ini terlihat dengan memberian tanah kepada petani sekaligus membentuk forum komunikasi khusus untuk membina petani area Mataram.
2. Bidang Pemerintahan
Kemajuan Mataram Islam juga terlihat dengan adanya kebijakan fiscal yang dibuat oleh Sultan Agung. Kebijakan tersebut berupa pengaturan pajak yang tak membebankan rakyat, meski begitu pajaknya tetap tersalurkan dengan baik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
3. Bidang Keuangan Negara
Pengelolaan keuangan negara juga Sultan Agung atur dengan baik, ia membentuk lembaga keuangan khusus untuk mengelola dana kerajaan. Dana kerajaan tidak hanya didapatkan dari pajak saja, namun dari berbagai pemasukan kerajaan yang sudah diatur sumbernya.
4. Bidang Agama
Sebagai kerajan Islam, Sultan Agung juga membuat aturan yang sesuai dengan hukum Islam. Bahkan di masa pemerintahannya terdapat penerjemahan al-Quran ke dalam bahasa Jawa dan pembelajaran bahasa Arab yang terbuka untuk umum.
5. Bidang Budaya dan Sosial
Bersama dengan ulama yang ada di kerajaan Mataram Islam, Sultan Agung membuat penanggalan kalender Jawa di tahun 1633. Kalender tersebut merupakan kombinasi dari kalender Saka yang berasal dari umat Hindu dan kalender Hijriah dari umat Islam.
6. Bidang Sastra
Masa kejayaan Mataram Islam juga terlihat dengan adanya perkembangan di bidang kesusastraan. Berbagai jenis tarian, gamelan dan wayang berkembang pesat di masa pemerintahan Sultan Agung. Tingkatan bahasa juga diberlakukan untuk kalangan masyarakat.
Penyebab Keruntuhan Mataram Islam
Runtuhnya Kerajaan Mataram Islam berlangsung sejak Sultan Agung wafat dan gagalnya penaklukan Batavia. Setidaknya ada beberapa faktor yang menyebabkan runtuhnya kerajaan Islam di Jawa ini, diantaranya adalah:
1. Kemunduran di Bidang Ekonomi dan Sosial
Selama memerintah Mataram Islam, Sultan Agung adalah raja yang melawan kolonialisme. Bahkan tercatat bahwa Sultan Agung pernah dua kali menyerang Batavia untuk mengalahkan Belanda. Meskipun sudah menggerakkan pasukan berjumlah besar, namun penyerangan tersebut tetap gagal.
Akibat kekalahan tersebut, keadaan ekonomi masyarakat menurun drastis. Banyak masyarakat yang juga dipaksa untuk berangkat berperang, sehingga aktifitas ekonomi tak berjalan baik. Secara perlahan, kondisi ini membuat masyarakat kurang sejahtera dan mengalami kemiskinan.
2. Banyaknya Kriminalitas
Dengan kondisi ekonomi yang jatuh, kemiskinan dan kelaparan menjadi masalah utama yang ada di masyarakat. Kegelisahan masyarakat tak berhenti sampai disana, sebab kondisi yang serba kekurangan membuat kriminalitas meningkat, terutama di pedalaman.
3. Banyak Wilayah Melepaskan Diri
Ketika memimpin Mataram Islam, Sultan Agung berhasil menaklukan banyak wilayah karena berambisi menyatukan seluruh tanah Jawa. Usaha ekspansi terus dilakukan, bahkan perebutan hegemoni politik terus menerus dilangsungkan agar wilayah Mataram Islam makin luas.
Padahal ekspansi wilayah yang besar tanpa pengelolaan yang baik bisa membuat sebuah kerajaan hancur. Ini terlihat dengan runtuhnya Kerajaan Mataram Islam karena banyak wilayah yang melepaskan diri setelah Sultan Agung wafat.
4. Ketegangan Politik
Wilayah yang melepaskan diri memulai gerakan separatism dengan melakukan penyerangan. Perang antara prajurit yang wilayahnya ingin melepaskan diri dan prajurit kerajaan Mataram Islam sering terjadi. Ini menyebabkan ketegangan politik terjadi di wilayah perbatasan kerajaan.
5. Campur Tangan Belanda
Sumber sejarah Kerajaan Mataram Islam memperlihatkan bahwa Belanda punya campur tangan pada runtuhnya kerajaan ini. Berbeda dengan Sultan Agung yang menolak kerja sama dengan Belanda, pengganti Sultan Agung malah melakukan hubungan baik dengan pihak Eropa.
Ini membuat bangsa Belanda ikut campur dengan urusan kerajaan, salah satunya dengan melakukan perjanjian yang merugikan kerajaan Mataram Islam. Pengganti Sultan Agung lebih memilih bekerja sama dengan Belanda karena tak sanggup mengatasi pemberontakan di berbagai wilayah.
6. Perselisihan Pewaris Tahta
Masuknya Belanda ke kerajaan Mataram Islam membuat perselisihan antar pewaris tahta mulai memanas. Pihak Belanda tak segan memecah belah keluarga kerajaan, sehingga posisi mereka makin lemah dan timbul banyak pergolakan.
Perselisihan antar pewaris tahta ini berakhir dengan adanya Perjanjian Giyanti di tahun 1755. Dengan perjanjian tersebut, kesultanan Mataram yang berpusat di Yogyakarta di pisah menjadi juga bagian, yakni Nagari Kesultanan Ngayogyakarta dan Nagari Kasunanan Surakarta.
Akhir Kerajaan Mataram Islam dan Peninggalannya
Dengan adanya perjanjian Giyanti dan dibaginya kerajaan Mataram Islam menjadi dua bagian, maka keberadaan kerajaan ini sudah berakhir. Peninggalan Kerajaan Mataram Islam masih bisa ditemukan hingga sekarang, diantaranya:
- Keraton Kesultanan Ngayogyakarta yang terletak di kota Yogyakarta, bangunan ini dibuat pada tahun 1755 lengkap dengan alun-alun dan masjid.
- Kompleks makam Imogiri, merupakan tempat makam untuk raja-raja Mataram Islam dan keluarganya.
- Masjid Agung Gedhe Kauman yang ada di sebelah barat alun alun utara Yogyakarta.
Runtuhnya Kerajaan Mataram Islam memiliki penyebab yang kompleks dan saling berkaitan satu sama lain. Kini kerajaan Islam terbesar di Jawa ini terpisah menjadi dua bagian, yakni Kesultanan Yogyakarta dan Surakarta.
Baca Juga: